Bukaupdateterus.blogspot.com - Seorang warga Mamuju, Sulawesi Barat, Akbar (25), tewas setelah ditelan ular piton sepanjang 4 meter. Agar kejadian serupa tidak terulang, apa yang harus dilakukan bila bertemu ular besar ini?
beberapa langkah dapat dilakukan agar tidak menjadi korban. Mulai dari tidak memberikan gerakan provokasi terhadap ular hingga menjaga kebersihan.
Komunitas pencinta ular, SIOUX Snake Rescue (SSR), memberikan tips dalam menghadapi ular piton. Pelaksana Umum SIOUX Snake Rescue Kisut Kisin mengatakan ular jenis piton atau sanca tidak berbisa. Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada karena tetap saja berbahaya bila tidak berhati-hati. Ada dua hal yang menjadi catatan dari ular jenis ini.
"Pertama, giginya ular piton atau sanca itu besar jadi otomatis luka gigitanya besar dan bisa menimbulkan kematian bila kehabisan darah. Kedua, belitannya yang bisa membuat tulang remuk dan membunuh mangsa," ucap Kisin.
Ular yang habitatnya di alam liar itu berbeda dengan yang biasa dipelihara. Mereka akan lebih agresif bila merasa terancam. Karena itu, Kisin menyarankan, apabila bertemu ular, jangan panik karena hal itu bisa membuat ular kaget dan merasa terancam.
"Ngeliat ular, kita biarkan saja dulu. Ular bukan hewan yang hobi menyerang, seperti harimau dan babi hutan. Dia cenderung menghindar. Ular itu nggak bisa melihat jelas, dia mendeteksi suhu yang ada di sekitarnya, paling umum ular itu mendeteksi gerakan. Kalau lihat ular, kita diam saja, dia nggak tahu," ucap Kisin.
"Ular menyerang atas dasar provokasi, yakni gerakan secara tiba-tiba. Ular itu tuli, jadi kalau kita teriak nggak dengar," tuturnya.
Menurut Kisin, ular piton yang ukuran panjangnya di atas 2 meter cukup bahaya bila ditangani sendiri. Minimal harus ada dua orang yang menangani ular.
"Salah-salah nanti bisa terbelit dan bahaya," katanya.
Tips menangani ular piton atau sanca, menurut Kisin, adalah jangan dibunuh. Misalnya, bila ular tersebut ada di dalam ruangan, sebaiknya dikurung dan disemprotkan wewangian.
"Kalau masuk ke dalam kamar, jebak saja di dalam kamar. Ular tidak suka bau menyengat dan bisa semprot dengan wewangian. Dalam 5-10 menit, lalu buka satu akses, pilih mau dikeluarin lewat mana, langsung ularnya akan keluar lewat situ. Dia cari udara yang lebih segar lewat situ," ucap Kisin.
"Kalau ular kecil 1,5 meter atau 1 meter pakai sapu ijuk didorong keluar," katanya.
Bagi yang sudah terbiasa menangkap ular, mereka bisa memegang ekor piton lalu mengambil kepalanya. Kepala terlebih dahulu harus ditekan pakai alat seperti sapu agar tidak bergerak ke mana-mana. Namun cara ini khusus bagi mereka yang sudah bisa menangani ular. Orang awan tidak disarankan. Bila tak mau mengambil risiko, warga bisa menghubungi orang yang biasa menangani ular, seperti komunitas SIOUX di nomor 087887792646.
"Jangan sampai kelilit, terutama leher kita. Kaki jangan dirapetin. Kalau kaki kebelit dua-duanya, selesai kita, bisa jatuh," ujarnya.
Menurutnya, alasan ular bisa sampai masuk ke permukiman penduduk karena mereka melakukan aktivitas, seperti mencari makan, ganti kulit, dan kawin. Mereka akan mencari tempat yang dirasa aman untuk bersembunyi.
"Ular bersembunyi di tempat yang aman menurut dia. Bisa di dalam sepatu, loteng, lemari, kolong tempat tidur. Kalau di selokan itu kan banyak makanan dia, seperti tikus," ucap Kisin.
Karena itu, Kisin menyarankan, agar rumah tidak dimasuki ular, jangan ada makanan ular. "Rumah harus bersih, jangan kasih alasan ular masuk ke rumah," katanya.
Agar 'Teror' Ular Tak Terulang, Warga Harus Jaga Kebersihan Lingkungan
Warga Jalan Anggrek, Semarang, pernah 'diteror' kemunculan ular piton pada Februari 2016. Warga kemudian bisa bernapas lega setelah sebulan 'diteror' ular.
Lahan kosong yang diperkirakan menjadi 'kerajaan' ular di tengah Kota Semarang itu berada di Jalan Anggrek Raya No 20. Kondisinya memang banyak tumpukan reruntuhan tembok dan ditumbuhi semak belukar serta ranting-ranting. Tempat yang lembap seperti itu sangat disukai sebagai habitat ular.
Pada pagi hingga siang, warga dan perangkat kelurahan dibantu TNI Polri sudah melakukan kerja bakti melakukan pembersihan dan membakar ranting kering untuk memancing ular keluar. Setelah beberapa jam, ditangkaplah ular piton jenis Reticulatus sepanjang 1,5 meter oleh warga bernama Totok Bayu Wibowo (44), Jumat (26/2/2016).
Lurah Pekunden Ali Sofyan menambahkan, meski sudah tidak lagi ditemukan ular, warga tetap diminta melakukan antisipasi dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. Pihaknya juga akan memanggil pemilik lahan dan rumah kosong agar merawat asetnya sehingga tidak menjadi habitat ular.
Tragedi di Mamuju |
beberapa langkah dapat dilakukan agar tidak menjadi korban. Mulai dari tidak memberikan gerakan provokasi terhadap ular hingga menjaga kebersihan.
Komunitas pencinta ular, SIOUX Snake Rescue (SSR), memberikan tips dalam menghadapi ular piton. Pelaksana Umum SIOUX Snake Rescue Kisut Kisin mengatakan ular jenis piton atau sanca tidak berbisa. Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada karena tetap saja berbahaya bila tidak berhati-hati. Ada dua hal yang menjadi catatan dari ular jenis ini.
"Pertama, giginya ular piton atau sanca itu besar jadi otomatis luka gigitanya besar dan bisa menimbulkan kematian bila kehabisan darah. Kedua, belitannya yang bisa membuat tulang remuk dan membunuh mangsa," ucap Kisin.
Ular yang habitatnya di alam liar itu berbeda dengan yang biasa dipelihara. Mereka akan lebih agresif bila merasa terancam. Karena itu, Kisin menyarankan, apabila bertemu ular, jangan panik karena hal itu bisa membuat ular kaget dan merasa terancam.
"Ngeliat ular, kita biarkan saja dulu. Ular bukan hewan yang hobi menyerang, seperti harimau dan babi hutan. Dia cenderung menghindar. Ular itu nggak bisa melihat jelas, dia mendeteksi suhu yang ada di sekitarnya, paling umum ular itu mendeteksi gerakan. Kalau lihat ular, kita diam saja, dia nggak tahu," ucap Kisin.
Ular mendeteksi suhu |
"Ular menyerang atas dasar provokasi, yakni gerakan secara tiba-tiba. Ular itu tuli, jadi kalau kita teriak nggak dengar," tuturnya.
Menurut Kisin, ular piton yang ukuran panjangnya di atas 2 meter cukup bahaya bila ditangani sendiri. Minimal harus ada dua orang yang menangani ular.
"Salah-salah nanti bisa terbelit dan bahaya," katanya.
Tips menangani ular piton atau sanca, menurut Kisin, adalah jangan dibunuh. Misalnya, bila ular tersebut ada di dalam ruangan, sebaiknya dikurung dan disemprotkan wewangian.
Semprot wewangian di ruangan ular berada |
"Kalau masuk ke dalam kamar, jebak saja di dalam kamar. Ular tidak suka bau menyengat dan bisa semprot dengan wewangian. Dalam 5-10 menit, lalu buka satu akses, pilih mau dikeluarin lewat mana, langsung ularnya akan keluar lewat situ. Dia cari udara yang lebih segar lewat situ," ucap Kisin.
"Kalau ular kecil 1,5 meter atau 1 meter pakai sapu ijuk didorong keluar," katanya.
Bagi yang sudah terbiasa menangkap ular, mereka bisa memegang ekor piton lalu mengambil kepalanya. Kepala terlebih dahulu harus ditekan pakai alat seperti sapu agar tidak bergerak ke mana-mana. Namun cara ini khusus bagi mereka yang sudah bisa menangani ular. Orang awan tidak disarankan. Bila tak mau mengambil risiko, warga bisa menghubungi orang yang biasa menangani ular, seperti komunitas SIOUX di nomor 087887792646.
"Jangan sampai kelilit, terutama leher kita. Kaki jangan dirapetin. Kalau kaki kebelit dua-duanya, selesai kita, bisa jatuh," ujarnya.
Menurutnya, alasan ular bisa sampai masuk ke permukiman penduduk karena mereka melakukan aktivitas, seperti mencari makan, ganti kulit, dan kawin. Mereka akan mencari tempat yang dirasa aman untuk bersembunyi.
"Ular bersembunyi di tempat yang aman menurut dia. Bisa di dalam sepatu, loteng, lemari, kolong tempat tidur. Kalau di selokan itu kan banyak makanan dia, seperti tikus," ucap Kisin.
Karena itu, Kisin menyarankan, agar rumah tidak dimasuki ular, jangan ada makanan ular. "Rumah harus bersih, jangan kasih alasan ular masuk ke rumah," katanya.
Agar 'Teror' Ular Tak Terulang, Warga Harus Jaga Kebersihan Lingkungan
Warga Jalan Anggrek, Semarang, pernah 'diteror' kemunculan ular piton pada Februari 2016. Warga kemudian bisa bernapas lega setelah sebulan 'diteror' ular.
Lahan kosong yang diperkirakan menjadi 'kerajaan' ular di tengah Kota Semarang itu berada di Jalan Anggrek Raya No 20. Kondisinya memang banyak tumpukan reruntuhan tembok dan ditumbuhi semak belukar serta ranting-ranting. Tempat yang lembap seperti itu sangat disukai sebagai habitat ular.
Pada pagi hingga siang, warga dan perangkat kelurahan dibantu TNI Polri sudah melakukan kerja bakti melakukan pembersihan dan membakar ranting kering untuk memancing ular keluar. Setelah beberapa jam, ditangkaplah ular piton jenis Reticulatus sepanjang 1,5 meter oleh warga bernama Totok Bayu Wibowo (44), Jumat (26/2/2016).
Lurah Pekunden Ali Sofyan menambahkan, meski sudah tidak lagi ditemukan ular, warga tetap diminta melakukan antisipasi dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. Pihaknya juga akan memanggil pemilik lahan dan rumah kosong agar merawat asetnya sehingga tidak menjadi habitat ular.